COGNITIVE BEHAVIORAL THERAPY UNTUK MENINGKATKAN REGULASI EMOSI PADA ANAK KORBAN KONFLIK ACEH

Psikologia, 2013, Vol. 8, No. 2, hal. 59-72

Senin, 11 September 2017 17:36 | Sudah dibaca 960 kali

Anak yang mengalami masalah emosi sering sekali merasa kesulitan dalam mengontrol emosinya, hal inilah yang dialami oleh sebagian anak korban konflik Aceh. Bagi anak, hilangnya nyawa seseorang yang sangat dicintainya merupakan suatu hal yang menyakitkan. Rasa sakit yang ada dalam diri anak inilah yang kemudian menjadi pemicu ketidakstabilan emosi. Hal ini mengakibatkan anak akan mengembangkan kebencian pada kejadian ataupun pihak-pihak yang menimbulkan rasa sakit tersebut. Untuk itu, perlu dilakukan satu cara agar anak dapat mengontrol emosinya atau menyesuaikan emosi yang timbul agar tidak terjadi suatu hal yang membahayakan di kemudian hari. Cara mengontrol emosi itu disebut juga dengan regulasi emosi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji penarapan CBT dalam meningkatkan regulasi emosi. Metode CBT yang digunakan adalah cognitive restructuring methods dengan teknik pencatatan pikiran negatif dan problem solving sedangkan untuk komponen behavioral menggunakan relaksasi dengan teknik relaxation via tension relaxation. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode single-case design. Sesi CBT dilaksanakan sebanyak delapan sesi, enam sesi kognitif dan dua sesi behavioral. Pada sesi ini diberikan psycho educaion, problem solving, dan relaksasi. Subjek dalam penelitian ini adalah AG, seorang anak perempuan berusia 12 tahun. Ia menyimpan kemarahan dan mempunyai keinginan untuk balas dendam kepada tentara yang telah membunuh ayahnya saat konflik di Aceh 8 tahun silam Hal ini sebagai pemicu munculnya ketidakstabilan emosi. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan kemampuan regulasi emosi subjek penelitian. Pada awalnya, AG memiliki distorsi pikiran yang berlebihan (overgeneralization). ia mempunyai anggapan bahwa tentara harus bertanggung jawab terhadap kehidupan keluarganya, namun setelah terapi diberikan ia memaafkan orang yang telah membunuh ayahnya dan beranggapan bahwa kematian ayahnya merupakan takdir dari Allah SWT.

Kata Kunci: Regulasi emosi, anak korban konflik, intervensi CBT